skip to main |
skip to sidebar
Dibalik Ketetapan Allah SWT; Takdir, Jodoh dan Rizki
Memang kematian, jodoh dan rezeki adalah takdir (ketetapan) yang telah
ditentukan kepada manusia. Dalil tentang kematian sudah ditentukan
adalah surah Ali Imron ayat 185 : “Dan setiap yang bernyawa tidak akan
mati kecuali dengan izin Allah,sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya”.
Sedangkan tentang jodoh yang telah ditentukan adalah surah Ar
Rum ayat 21 : “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang berpikir”.
Adapun tentang telah ditentukannya rezeki kita
adalah surah Saba ayat 24 : “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah”.
Jika
kematian, jodoh dan rezeki sudah ditentukan, lalu mengapa kita berdoa
dan berusaha untuk mendapatkannya? Jawabnya adalah :
Pertama, berusaha
dan berdoa adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk
lainnya. Berusaha dan berdoa adalah bukti bahwa manusia memiliki
kebebasan memilih. Ini adalah penghargaan tertinggi Allah kepada
manusia, ciptaan-Nya. Jadi ketika kita berusaha dan berdoa sebenarnya
kita sedang mensyukuri nikmat Allah (yakni kebebasan). Sebaliknya, orang
yang tidak mau berusaha dan berdoa berarti dia melecehkan dan tidak
bersyukur terhadap nikmat Allah berupa kebebasan itu sendiri.
Kedua,
kita harus berusaha dan berdoa agar lebih cepat lagi mendapatkan takdir
kita, jika takdir itu baik dan sesuai keinginan kita. Jika takdir
tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita, maka dengan berusaha kita
dapat merubah takdir tersebut menjadi takdir yang baik atau sesuai
dengan keinginan kita.
Rasulullah bersabda : “Tidak ada yang dapat
merubah takdir kecuali doa”. Dalam peristiwa dimana Umar bin Khatab ra
bertanya kepada seseorang yang tidak mengikatkan keledainya sebelum
masuk masjid lalu dijawab oleh orang tersebut, “Buat apa diikat? Jika
memang takdirnya keledai saya tidak akan hilang?. Lalu Umar ra menjawab :
“Berusahalah dahulu (dengan cara mengikat keledai), baru Anda
bertawakal (pasrah dengan takdir)”. Dalam peristiwa lain, ketika Umar ra
mengungsi Madinah karena sedang ada wabah penyakit, lalu ditegur oleh
seseorang: “Mengapa engkau mengungsi? Bukankah jika takdirmu tidak akan
terkena penyakit, maka engkau tidak akan terkena penyakit? Lalu Umar ra
menjawab: “Aku berpindah dari takdir yang satu (diam saja) kepada takdir
yang lain (mengungsi untuk menghindari wabah penyakit)”.
Jadi
berusaha dan berdoa adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim,
jika ia ingin mendapatkan takdir yang sesuai dengan keinginannya. Jika
pun takdir yang menimpanya tidak sesuai dengan keinginannya padahal ia
telah berusaha dan berdoa, maka disitulah letak ke-Maha Bijaksana-an
Allah SWT. Sedang kita adalah makhluknya yang bodoh untuk mengambil
hikmah dari sebuah peristiwa. “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu,
padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal
itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. 2 : 216).
Semoga Bermanfaat. ^-^
0 komentar:
Posting Komentar