RSS

Sabtu, 16 Agustus 2014

Dibalik Ketetapan Allah SWT

 

Dibalik Ketetapan Allah SWT; Takdir, Jodoh dan Rizki   

 

Memang kematian, jodoh dan rezeki adalah takdir (ketetapan) yang telah ditentukan kepada manusia. Dalil tentang kematian sudah ditentukan adalah surah Ali Imron ayat 185 : “Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah,sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya”. 

Sedangkan tentang jodoh yang telah ditentukan adalah surah Ar Rum ayat 21 : “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”. 

Adapun tentang telah ditentukannya rezeki kita adalah surah Saba ayat 24 : “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah”.

         Jika kematian, jodoh dan rezeki sudah ditentukan, lalu mengapa kita berdoa dan berusaha untuk mendapatkannya? Jawabnya adalah : 

Pertama, berusaha dan berdoa adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Berusaha dan berdoa adalah bukti bahwa manusia memiliki kebebasan memilih. Ini adalah penghargaan tertinggi Allah kepada manusia, ciptaan-Nya. Jadi ketika kita berusaha dan berdoa sebenarnya kita sedang mensyukuri nikmat Allah (yakni kebebasan). Sebaliknya, orang yang tidak mau berusaha dan berdoa berarti dia melecehkan dan tidak bersyukur terhadap nikmat Allah berupa kebebasan itu sendiri.

Kedua, kita harus berusaha dan berdoa agar lebih cepat lagi mendapatkan takdir kita, jika takdir itu baik dan sesuai keinginan kita. Jika takdir tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita, maka dengan berusaha kita dapat merubah takdir tersebut menjadi takdir yang baik atau sesuai dengan keinginan kita. 

Rasulullah bersabda : “Tidak ada yang dapat merubah takdir kecuali doa”. Dalam peristiwa dimana Umar bin Khatab ra bertanya kepada seseorang yang tidak mengikatkan keledainya sebelum masuk masjid lalu dijawab oleh orang tersebut, “Buat apa diikat? Jika memang takdirnya keledai saya tidak akan hilang?. Lalu Umar ra menjawab : “Berusahalah dahulu (dengan cara mengikat keledai), baru Anda bertawakal (pasrah dengan takdir)”. Dalam peristiwa lain, ketika Umar ra mengungsi Madinah karena sedang ada wabah penyakit, lalu ditegur oleh seseorang: “Mengapa engkau mengungsi? Bukankah jika takdirmu tidak akan terkena penyakit, maka engkau tidak akan terkena penyakit? Lalu Umar ra menjawab: “Aku berpindah dari takdir yang satu (diam saja) kepada takdir yang lain (mengungsi untuk menghindari wabah penyakit)”.
 

Jadi berusaha dan berdoa adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim, jika ia ingin mendapatkan takdir yang sesuai dengan keinginannya. Jika pun takdir yang menimpanya tidak sesuai dengan keinginannya padahal ia telah berusaha dan berdoa, maka disitulah letak ke-Maha Bijaksana-an Allah SWT. Sedang kita adalah makhluknya yang bodoh untuk mengambil hikmah dari sebuah peristiwa. “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”  (QS. 2 : 216).
 

Semoga Bermanfaat. ^-^


 

0 komentar:

Posting Komentar