Manusia
dalam kehidupannya senantiasa dihadapkan pada berbagai kesulitan dan bencana.
Semua itu memerlukan ketegaran dan kekuatan. Jika tidak, manusia akan terseret
arus lalu lenyap.
Sesungguhnya
dunia adalah tempat ujian dan beramal. Sedangkan akhirat tempat
pertanggung-jawaban dan hisab.
“Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
Dan
selama manusia masih hidup di dunia maka tidak akan pernah luput dari ujian dan
cobaan hidup sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran iman seorang hamba
Allah.
Ujian
Bagian Dari Sunnatullah
Allah
Ta’ala berfirman:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”
(QS. Al-Ankabut: 2)
Allah
mengabarkan tentang hikmah (kebijaksanaan)-Nya yang sempurna, bahwa Dia tidak
akan membiarkan begitu saja orang yang mengatakan “aku seorang mukmin” dan
mengaku dirinya telah menyandang predikat iman, tanpa ditimpa fitnah dan ujian
yang akan menggoda imannya. Kalau seandainya seperti itu, maka tidak ada
bedanya antara orang-orang yang benar dalam beriman dan yang berdusta, yang
mukmin sejati dan munafik, yang pengecut dan pemberani.
Tetapi
sunnah (ketetapan) Allah yang sudah berlaku bagi umat-umat terdahulu dan masih
tetap berlaku bagi umat ini bahwa Allah akan menimpakan kepada mereka
ujian-ujian berupa kesenangan maupun kesusahan, kesulitan maupun kemudahan,
kekayaan maupun kemiskinan.
“Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS.
Al-Anbiyaa’: 35)
.
. . bahwa Allah akan menimpakan kepada mereka ujian-ujian berupa kesenangan
maupun kesusahan, kesulitan maupun kemudahan, kekayaan maupun kemiskinan.
Hikmah
dari semua itu untuk supaya Allah mengetahui (dan Allah Maha tahu sesuatu yang
telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi) siapa di antara mereka
yang beriman dan menghambakan diri kepada Allah semata dalam semua kondisi itu?
“Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut:
3)
Ada
sebagian manusia ketika mendapat kesenangan, kemudahan dan kekayaan menjadi
orang shalih, tapi ketika terjepit dalam kesedihan, kesulitan, dan kemiskinan
menjadi orang yang ingkar. “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah
Allah dengan berada di tepi (keraguan). Maka jika ia memperoleh kebajikan,
tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana,
berbaliklah ia ke belakang (ingkar kepada Allah). Rugilah ia di dunia dan di
akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11)
Dan
ada pula yang sebaliknya. “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di
daratan dan di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan
meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan
angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan
gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah
terkepung, maka mereka berdo’a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta’atan
kepada-Nya semata-mata: “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari
bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur”. Maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka
bumi tanpa yang benar.” (QS. Yunus: 22-23)
Adapun
orang yang benar dalam beriman ia akan senantiasa bertakwa kepada Allah dan
menghambakan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun. Bila ia mendapat kesenangan,
kemudahan, dan kekayaan ia bersyukur. Namun jika ditimpa kesulitan, kesusahan,
dan kemiskinan ia bersabar.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin.
Sungguh seluruh urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak dimiliki oleh
seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ditimpa kesenangan ia bersyukur, maka
hal itu baik baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka hal itu juga
baik baginya.” (HR. Muslim dari Shuhaib ar-Rumi)
.
. . orang yang benar dalam beriman ia akan senantiasa bertakwa kepada Allah dan
menghambakan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun.
Keterpurukan
Umat Islam Ujian Bagi Mereka
Bahkan
dominasi kafir atas umat Islam merupakan bagian dari ujian Allah. Serangan
musuh-musuh atas mereka dengan lisan, tulisan, informasi, sampai invasi
militer, baik dilakukan dengan tangan-tangan kafir musyrik secara langsung
maupun melalui tangan-tangan antek-antek mereka dari kalangan thaghuut,
merupakan bagian ujian keimanan bagi mereka. Siapakah yang tetap istiqamah
dalam kondisi fitnah ini? Dan siapakah yang berpaling dan menjual keimanannya
kepada orang-orang kafir untuk mendapatkan dunia? Siapa yang benar-benar
membela Allah dan siapa yang takut kepada musuh-musuhNya?
“Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hadid: 25)
Padahal
Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Tidak ada sesuatu yang melemahkan dan
mengalahkanNya. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Dia Maha Kuasa untuk mengalahkan
musuh-musuh-Nya. Tetapi Dia menguji para waliNya dengan musuh-musuhNya supaya
nampak jelas siapa yang mau menolong Allah dan rasul-Nya padahal Allah tidak
dilihatnya. Lalu Dia akan menolong siapa yang menolong-Nya dan meneguhkan
langkahnya.
“Hai orang-orang mu’min, jika kamu menolong
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:
7)
Lalu
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu;
jika Allah membiarkan kamu, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu
dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang
mukmin bertawakkal.” (QS. Ali Imran: 160)
Tetapi
Dia menguji para waliNya dengan musuh-musuhNya supaya nampak jelas siapa yang
mau menolong Allah dan rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Lalu
Dia akan menolong siapa yang menolong-Nya dan meneguhkan langkahnya.
Kesabaran
Bagi Seorang Mukmin
Seorang
muslim dalam kehidupannya banyak memerlukan kesabaran. Ia senantiasa berada
dalam kebaikan selama ia mampu menjaga kesabarannya. Ketaatan membutuhkan
kesabaran. Meninggalkan maksiat juga membutuhkan kesabaran. Apalagi dalam
menghadapi musibah, sangat dibutuhkan kesabaran. Karenanya, kesabaran adalah
kekuatan yang tiada bandingnya. Cahaya yang senantiasa meyinari pemiliknya dan
senantiasa menuntun kepada al-haq dan kebenaran. Wajarlah jika seorang muslim
yang sabar banyak mendapat pujian dari Allah dan derajat yang tinggi di
sisi-Nya.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna Lillaahi Wa
Innaa Ilaihi Raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya
lah kami akan kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Keutamaan
Sabar
Iman
terbagi menjadi dua bagian; setengahnya sabar dan sisanya adalah syukur.
Barangsiapa yang mengharapkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat hendaknya tidak menyepelekan dua hal ini.
Imam
Ahmad menyebutkan bahwa kata sabar disebutkan oleh Allah pada 90 tempat dalam
Al-Qur’an yang diikuti dengan keterangan-keterangan tentang berbagai kemuliaan
dan derajat yang tinggi, serta menjadikan kemuliaan dan derajat yang tinggi ini
sebagai buahnya. Di antaranya:
1.
Allah telah memuji orang-orang yang sabar dan mejanjikan bagi mereka pahala
yang tidak terputus.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
2.
Allah senantiasa menyertai mereka dengan hidayah, pertolongan, dan kemenangan
yang dekat.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
3.
Allah mencintai mereka.
“Dan berapa banyak nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)
4.
Allah menjadikan syarat kepemimpinan dalam dien ada pada sabar dan yakin.
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
5.
Dengan sabar dan takwa musuh tidak akan mampu mengalahkan umat Islam sekuat
apapun mereka. Sedangkan tipu daya mereka tidak lah beguna atas orang-orang
yang penyabar.
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu
daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya
Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 120)
“Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran: 186), dan keutamaan-keutamaan yang
lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar