RSS

Kamis, 26 Juni 2014

Peran Sabar dalam Kehidupan



Manusia dalam kehidupannya senantiasa dihadapkan pada berbagai kesulitan dan bencana. Semua itu memerlukan ketegaran dan kekuatan. Jika tidak, manusia akan terseret arus lalu lenyap.

Sesungguhnya dunia adalah tempat ujian dan beramal. Sedangkan akhirat tempat pertanggung-jawaban dan hisab. 


Dan selama manusia masih hidup di dunia maka tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan hidup sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran iman seorang hamba Allah. Maka sungguh aneh orang yang ketika mendapat musibah dan kesulitan hidup lalu menggerutu, mencaci sana-sini, bahkan ingin mengakhiri hidupnya. Tidak sadarkah bahwa ia masih di dunia? Sedangkan dunia merupakan tempat ujian dan beramal.

 “Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
Dan selama manusia masih hidup di dunia maka tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan hidup sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran iman seorang hamba Allah.

Ujian Bagian Dari Sunnatullah

Allah Ta’ala berfirman:
 “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut: 2)

Allah mengabarkan tentang hikmah (kebijaksanaan)-Nya yang sempurna, bahwa Dia tidak akan membiarkan begitu saja orang yang mengatakan “aku seorang mukmin” dan mengaku dirinya telah menyandang predikat iman, tanpa ditimpa fitnah dan ujian yang akan menggoda imannya. Kalau seandainya seperti itu, maka tidak ada bedanya antara orang-orang yang benar dalam beriman dan yang berdusta, yang mukmin sejati dan munafik, yang pengecut dan pemberani.

Tetapi sunnah (ketetapan) Allah yang sudah berlaku bagi umat-umat terdahulu dan masih tetap berlaku bagi umat ini bahwa Allah akan menimpakan kepada mereka ujian-ujian berupa kesenangan maupun kesusahan, kesulitan maupun kemudahan, kekayaan maupun kemiskinan.

 “Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa’: 35)

. . . bahwa Allah akan menimpakan kepada mereka ujian-ujian berupa kesenangan maupun kesusahan, kesulitan maupun kemudahan, kekayaan maupun kemiskinan.
Hikmah dari semua itu untuk supaya Allah mengetahui (dan Allah Maha tahu sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi) siapa di antara mereka yang beriman dan menghambakan diri kepada Allah semata dalam semua kondisi itu?
 “Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 3)

Ada sebagian manusia ketika mendapat kesenangan, kemudahan dan kekayaan menjadi orang shalih, tapi ketika terjepit dalam kesedihan, kesulitan, dan kemiskinan menjadi orang yang ingkar. “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (keraguan). Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (ingkar kepada Allah). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11)

Dan ada pula yang sebaliknya. “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan dan di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung, maka mereka berdo’a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta’atan kepada-Nya semata-mata: “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur”. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa yang benar.” (QS. Yunus: 22-23)

Adapun orang yang benar dalam beriman ia akan senantiasa bertakwa kepada Allah dan menghambakan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun. Bila ia mendapat kesenangan, kemudahan, dan kekayaan ia bersyukur. Namun jika ditimpa kesulitan, kesusahan, dan kemiskinan ia bersabar.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

 “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh seluruh urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ditimpa kesenangan ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka hal itu juga baik baginya.” (HR. Muslim dari Shuhaib ar-Rumi)

. . . orang yang benar dalam beriman ia akan senantiasa bertakwa kepada Allah dan menghambakan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun.

Keterpurukan Umat Islam Ujian Bagi Mereka
Bahkan dominasi kafir atas umat Islam merupakan bagian dari ujian Allah. Serangan musuh-musuh atas mereka dengan lisan, tulisan, informasi, sampai invasi militer, baik dilakukan dengan tangan-tangan kafir musyrik secara langsung maupun melalui tangan-tangan antek-antek mereka dari kalangan thaghuut, merupakan bagian ujian keimanan bagi mereka. Siapakah yang tetap istiqamah dalam kondisi fitnah ini? Dan siapakah yang berpaling dan menjual keimanannya kepada orang-orang kafir untuk mendapatkan dunia? Siapa yang benar-benar membela Allah dan siapa yang takut kepada musuh-musuhNya?

 “Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hadid: 25)

Padahal Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Tidak ada sesuatu yang melemahkan dan mengalahkanNya. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Dia Maha Kuasa untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya. Tetapi Dia menguji para waliNya dengan musuh-musuhNya supaya nampak jelas siapa yang mau menolong Allah dan rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Lalu Dia akan menolong siapa yang menolong-Nya dan meneguhkan langkahnya.

 “Hai orang-orang mu’min, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Lalu “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali Imran: 160)

Tetapi Dia menguji para waliNya dengan musuh-musuhNya supaya nampak jelas siapa yang mau menolong Allah dan rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Lalu Dia akan menolong siapa yang menolong-Nya dan meneguhkan langkahnya.

Kesabaran Bagi Seorang Mukmin

Seorang muslim dalam kehidupannya banyak memerlukan kesabaran. Ia senantiasa berada dalam kebaikan selama ia mampu menjaga kesabarannya. Ketaatan membutuhkan kesabaran. Meninggalkan maksiat juga membutuhkan kesabaran. Apalagi dalam menghadapi musibah, sangat dibutuhkan kesabaran. Karenanya, kesabaran adalah kekuatan yang tiada bandingnya. Cahaya yang senantiasa meyinari pemiliknya dan senantiasa menuntun kepada al-haq dan kebenaran. Wajarlah jika seorang muslim yang sabar banyak mendapat pujian dari Allah dan derajat yang tinggi di sisi-Nya.

 “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)

 “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Keutamaan Sabar

Iman terbagi menjadi dua bagian; setengahnya sabar dan sisanya adalah syukur. Barangsiapa yang mengharapkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat hendaknya tidak menyepelekan dua hal ini.

Imam Ahmad menyebutkan bahwa kata sabar disebutkan oleh Allah pada 90 tempat dalam Al-Qur’an yang diikuti dengan keterangan-keterangan tentang berbagai kemuliaan dan derajat yang tinggi, serta menjadikan kemuliaan dan derajat yang tinggi ini sebagai buahnya. Di antaranya:

1. Allah telah memuji orang-orang yang sabar dan mejanjikan bagi mereka pahala yang tidak terputus.
 “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

2. Allah senantiasa menyertai mereka dengan hidayah, pertolongan, dan kemenangan yang dekat.
 “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

3. Allah mencintai mereka.
 “Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)

4. Allah menjadikan syarat kepemimpinan dalam dien ada pada sabar dan yakin.
 “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)

5. Dengan sabar dan takwa musuh tidak akan mampu mengalahkan umat Islam sekuat apapun mereka. Sedangkan tipu daya mereka tidak lah beguna atas orang-orang yang penyabar.
 “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 120)

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran: 186), dan keutamaan-keutamaan yang lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar